Selasa, 06 September 2011

DIFTERI

DIFTERI

Definisi
Difteri adalah penyakit infeksi akut yang disebabkan oleh Corynebacterium diphteriae yang berasal dari membran mukosa hidung  dan nasofaring, kulit dan lesi lain dari orang yang terinfeksi.

Etiologi

Conybacterium diphteriae, bakteri yang berbentuk batang gram negatif.

Manifestasi Klinis

Masa inkubasi bakteri umumnya antara 2 sampai 5 hari, walaupun dapat singkat hanya satu harridan lama 8 hari bahkan sampai 4 minggu. Biasanya serangan penyakit agak terselubung, misalnya hanya sakit tenggorok yang ringan, panas yang tidak tinggi berkisar antara 37,8 0C sampai 38,9 0C. Pada mulanya tenggorok hanya hiperemis saja tetapi kebanyakan sudah terjadi membran putih/keabu-abuan.
Dalam 24 jam membran dapat menjalar dan menutupi tonsil, palatum molle, uvula. Mula-mula membran tipis, putih dan berselaput yang segera menjadi tebal, abu-abu/hitam tergantung jumlah kapiler yang erdilatasi dan masuknya darah ke balam eksudat. Membran mempunyai batas-batas jelas dan melekat dengan jaringan dibawahnya sehingga sukar untuk diangkat, sehingga bila diangkat secara paksa menimbulkan perdarahan. Jaringan yang tidak ada membran biasanya tidak membengkak.
 Pada difteri sedang biasanya proses yang terjadi akan menurun pada hari-hari 5 sampai 6, walaupun antitoksin tidak diberikan.
Gejala local dan sistemik secara bertahap menghilang dan membran akan menghilang. Dan perubahan ini akan lebih cepat bila diberikan antitoksin.
Difteri berat akan lebih berat pada anak yang lebih muda. Bentuk difteri antara lain bentuk Bullneck atau mallingnan difteri. Bentuk ini timbul dengan  gejala-gejala yang lebih berat dan membran menyebar secara cepat menutupi faring dan dapat menjalar ke hidung. Udema tonsil dan uvula dapat pula timbul. Kadang-kadang udema disertai nekrose.
Pembengkakan kelenjar leher, infiltrat kedalam jaringan se-sel leher, dari telinga satu ke telinga yang lain dan mengisi dibawah mandibula sehingga memberi gambaran Bullneck.

Patofisiologi

Komtak langsung Cornybacterium diphteriae denagn orang yang terinfeksi atau barang yang terkontaminasi.
 

Masuk malalui saluran pancernaan/pernafasan


 

Aliran sistemik

Mengeluarkan toksin (eksotoksin)


 

                                 Nasal                                 Laring                               Tonsil

             Inflamasi mukosa                          Reaksi inflamasi                Reaksi inflamasi










 

Sekret         batuk               Obs. Saluran nafas          batuk          Tenggorokan sakit      
                                              
Resiko penyebaran infeksi
 
Nyeri
 
                                         Sesak                                                                        anoreksia









Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas
 





Nutrisi kurang dari kenutuhan
 

Resiko kekurangan volume cairan
 


 





 


Kerusakan pertukaran gas
 
Perubahan pola nafas
 
                                                                            Sianosis

                                                                     O2 tidak adekuat

Gangguan perfusi jaringan
 
    




Komplikasi

F Miokarditis
F Neuritis
F Bronkopneumonia
F Nefritis
F Paralysis

Penatalaksanaan terapiutik

þ  Pemberian oksigen
þ  Terapi cairan
þ  Perawatan isolasi
þ  Pemberian antibiotik sesuai program

Penatalaksanaan Perawatan

Pengkajian

&  Riwayat keperawatan, riwayat terkena penyakit infeksi, status iminisasi.
&  Kaji tanda-tanda yang terjadi pad nasal, tonsil/faring, dan laring.
&  Lihat dari manifestasi klinis berdasarkan alur patofisiologi.

Diagnosa Keperawatan

1.      Tidak efektifnya kebersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi pada jalan nafas.
2.      Kerusakanpertukaran gas berhubungan dengan akumulasi sekret di alveoli .
3.      Perubahan pola nafas berhubungan dengan tidak adekuatmya kebutuhan oksigen akibat dari akumulasi secret.
4.      Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan dampakm sekunder reaksi inflamasi tonsil.
5.      Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan  proses batuk dan virulensi organisme.
6.      Gangguan perfusi jaringan berhubungan dengan tidak adekuatnya kebutuhan oksigen pada jaringan.
7.      Nuturisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan anoreksia
8.      Hipertermi berhubungan dengan dampak sekunder reaksi inflamasi.
9.      Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan hipertermia dan anoreksia.

Perencanaan

1)      Anak akan menunjukkan tanda-tanda jalan nafas efektif
2)      Anak menunjukkan pernafasan efektif
3)      Anak menunjukkan pola nafas efektif
4)      Nyeri yang dirasakan berkurang atau hilang.
5)      Penyebaran infeksi tidak terjadi
6)      Anak menunjukkan kebutuhan oksigen jaringan adekuat.
7)      Anak akan menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
8)      Suhu tubuh anak menurun secara bertahap.
9)      Anak akan mempertahankan keseimbangan cairan.

Implementasi

1)      Meningkatkan jalan nafas efektif
P  Kaji status pernafasan, observasi irama sdam bunyai pernafasan.
P  Atur posisi kepala dengan posisi ekstensi.
P  Suction jalan nafras bila terdapat sumbatan.
P  Berikan oksigen sebelum
P  Dan setelah dilakukan suction
P  Lakukan fisioterapi dada
P  Lakukan pemeriksaan analisa gas darah
P  Lakukan intubasi jika ada indikasi
2)      Mempetahankan pernafasan efektif
P  Kaji frekuensi, kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot aksesori.
P  Tinggikan kepala tempat tidur, bantu pasien untuk memilih posisi yang mudah untuk bernafas.
P  Kaji/awasi secara rutin kulit dan warna membran mukosa
P  Dorong pasien untuk mengeluarkan sputum.
P  Auskultasi bunyi nafas.
P  Palpasi fremitus.
P  Awasi tana vital dan irama jantung.
P  Awasi/gambarkan seri GDA dam nadi oksimetri.
3)      Mempertahankan pola nafas efektif
P  Evaluasi fugsi pernafasan, kecepatan, sianosis.
P  Catat peruahan tanda-tanda vital.
P  Memberikan posisi semifowler
P  Membantu klien untuk melakuka aktivitas sesuai kemampuan.
P  Menganjurkan anak untuk minum banyak
P  Memberikan O2 esuai indikasi
P  Awasi kesesuaian pola nafas
P  Auskultasi bunyi nafas.
P  Catat engembangan dada dan trakhea.
P  Kaji fremitus.
4)      Mengurangi rasa nyeri yang dirasakan
P  Tentukan karakteristik nyeri, misal tajam, konstan, ditusuk.
P  Selidiki perubahan karakteristik/lokasi/intensitas nyeri.
P  Pantau tanda-tanda vital
P  Berikan tindakan nyaman, misal pijatan punggung, perubahan posisi, musik tenang, relaksasi/latihan nafas.
P  Tawarkan pembersihan mulut dengan sering.
P  Kolaborasi : Analgesik dan Antitusif sesuai indikasi.
5)      Perluasan infeksi tidak terjadi
P  Tempatkan anak pada ruangan khusus.
P  Pertahankan isolasi yang ketat di rumah sakit
P  Gunakan prosedur perlindumgan infeksi jika melakukan kontak dengan anak.
P  Berikan antibiotik sesuai order.
6).   Akan menunjukkan tanda-tanda kebutuhan nutrisi terpenuhi
P  Kaji kemampuan anak untuk makan.
P  Memasang NGT untuk memenuhi kebutuhan nutrisi anak.
P  Kolaborasi untuk pemberian nutrisi parenteral.
P  Menilai indicator terpenuhinya kebutuhan nutrisi (berat badan, lingtkar lengan, membran mukosa) yang adekuat
7).     Mempertahankan keseimbangan cairan
P  Catat keseimbanga input dan output pasien.
P  Pantau tekanandarah dan denyut jantung.
P  Kaji membran mukosa, turgor kulit, dan rasa haus.
P  Awasi edema.
P  Kolaborasi : cairan IV
8).     Suhu tubuh anak dalam batas normal.
P  Pantau suhu pasien (derajat dan pola), perhatikan menggigil/diaforesis.
P  Pantau suhu lingkungan, batasi/tambahkan linen tempat tidur sesuai kebutuhan.
P  Berikan kompres mandi hangat, hindari pengguanaan alkohol.
P  Kolaborasi : berikan antipiretik.

Perencanaan pemulangan

F Jelaskan terapi yang diberikan : dosis, efek samping.
F Melakukan imunisasi jika imunisasi belum lengkap sesuai dengan prosedur.
F Menekankan pentingnya kontrol ulang sesuai jadwal
F Informasikan jika terdapat tanda-tanda terjadinya kekambuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar